Banyumas – Sudah tiga tahun ini, Asmah Asiyah (28) menangani usaha kerajinan kain flanel dengan membuka Rika Gallery di desa Dawuhan, kecamatan Padamara, Purbalingga. Saat bertandang ke Balai Diklat Pemkab Banyumas di Baturraden, Selasa (4/10), ia merasa menemukan kembali motivasi untuk terus bergiat sebagai wiraswasta.
“Saya termotivasi dan menjadi lebih tahu bagaimana mengelola dana,” ungkapnya.
Asmah menjadi salah satu dari 50 peserta ajang pelatihan wirausaha bertajuk “Bersama Bangkitkan Usaha Kecil dari Aceh sampai Papua“. Berasal dari Cilacap, Banyumas, Purbalingga dan Banjarnegara, para wirausahawan mikro tersebut merupakan bagian dari program Gerakan Ayo Bangkit (GAB) I yang diadakan Partai Golkar.
“Tujuannya untuk merubah nasib. Merubah dari yang punya uang menjadi punya uang banyak,” ungkap Sekretaris DPD Golkar Jateng, Dr HM Iqbal Wibisono.
Salah seorang trainer, Anton Pasaribu tak segan menyebut sejumlah sikap wirausaha yang diklaim sebagai bisnis ala Aburizal Bakrie, pengusaha sekaligus Ketua Umum Partai Golkar. Satu diantaranya, terus mengetatkan pemanfaatan aset. Sebab uang selalu memiliki wajah ‘tega’, sehingga satu rupiahpun tetap harus dihitung karena itu bagian dari aset. Sementara aset juga jangan sampai tidak diolah hanya karena tumpul gagasan.
“Orang rajin kerja akan berorientasi menaikkan pendapatan. Orang rajin berpikir akan mencari akal melipatgandakan aset. Itu yang dilakukan Pak Aburizal,” paparnya.
Ide Bisnis Modal Utama
Seorang pengusaha, termasuk calon wirausahawan, tidak harus selalu menempatkan modal uang pada prioritas pertama. Orang kaya berpikir pada level manajerial, sementara orang biasa berpikir pada level operasional.
“Sehingga pikiran itu sendiri sudah jadi modal nomor satu. Di sana ada ide yang bisa dikembangkan menjadi rencana bisnis yang harus diusahakan menjadi fakta bisnis,” jelasnya.
Ketua DPD Partai Golkar Jateng, Wisnu Suhardono melalui Iqbal menyatakan, pelaku usaha kecil yang dilatih pada waktunya harus mampu menjadi ‘virus’ yang mampu menularkan semangat kewirausahaan pada masyarakat.
“Kami ingin mengubah mindset yang umumnya gemar usaha kantoran menjadi pengusaha sejati. Ini bagian dari langkah konkret keluar dari problem tingginya angka kemiskinan dan penganguran,” ungkapnya.
Sementara seorang peserta, Tri Joko Pracoyo (28) mengaku, pelatihan macam itu niscaya perlu untuk membantu kalangan wirausaha menemukan ide baru. Ia sendiri bertekad keluar dari manajemen rumah makan tradisional, menjadi lebih tersistem dengan baik.
“Saya jadi berpikir pentingnya membangun jaringan bahkan ketika saya baru membangun rumah makan kecil. Termasuk, berpikir meningkatkan layanan agar konsumen makin setia,” ungkapnya.
0 komentar:
Posting Komentar